Gie cahaya bulan download


















Biarlah mereka yang ingin dapat rumah, mengambilnya. Dan datanglah kau manusia-manusia. Yang dahulu menolak, karena takut ataupun ragu. Dan kita, para pejuang lama. Yang telah membawa kapal ini keluar dari badai. Yang berani menempuh gelombang padahal pelaut-pelaut lain takut. Hai, kawan-kawan pejuang lama. Angkat beban-beban tua, sandal-sandal kita, sepeda-sepeda kita. Buku-buku kita ataupun sisa-sisa makanan kita.

Dan tinggalkan kenangan-kenangan dan kejujuran kita. Mungkin kita ragu sebentar ya, kita yang dahulu membina. Kapal tua ini. Di tengah gelombang, ya kita betah dan cinta padanya. Tempat kita, petualang-petualang masa depan akan. Pemberontak-pemberontak rakyat.

Di sana…. Di tengah rakyat, membina kapal-kapal baru untuk tempuh. Gelombang baru. Ayo, mari kita tinggalkan kapal ini. Biarlah mereka yang ingin pangkat menjabatnya. Biarlah mereka yang ingin mobil mendapatnya. Biarlah mereka yang ingin rumah mengambilnya. Laut masih luas, dan bagi pemberontak-pemberontak. Tak ada tempat di kapal ini. Tentang kemerdekaan.

Kita semua adalah orang yang berjalan dalam barisan. Yang tak pernah berakhir,. Kebetulan kau baris di muka dan aku di tengah. Dan adik-adikku di belakang.

Tapi satu tugas kita semua,. Menanamkan benih-benih kejantanan yang telah kau rintis…. Kita semua adalah alat dari arus sejarah yang besar. Kita adalah alat dari derap kemajuan samua;. Dan dalam berjuang kemerdekaan begitu mesra berdegup. Seperti juga perjalanan di sisi penjara. Kemerdekaan bukanlah soal orang-orang yang iseng dan pembosan. Kemerdekaan adalah keberanian untuk berjuang.

Dalam derapnya, dalam desasnya, dalam raungnya kita. Adalah manusia merdeka. Dalam matinya kita smua adalah. Manusia terbebas. Sendja ini, ketika matahari turun. Ke dalam djurang-djurang mu. Aku datang kembali. Ke dalam ribaanmu, di dalam sepimu. Nganten - Caca Dewi 24x dilihat 3 bulan yang lalu. Jaka S feat Ajirna - Merajut Kasih 63x dilihat 3 bulan yang lalu.

Gie 70x dilihat 3 bulan yang lalu. Happy Asmara - Rindu Tak Bertepi 29x dilihat 3 bulan yang lalu. Fandy Santoso Kerispatih 33x dilihat 3 bulan yang lalu. Cameh Dalam Bamimpi - Yudhia 37x dilihat 3 bulan yang lalu.

Submit or click Cancel to register with another email ID. Submit Cancel. Please enter Valid details Ok got it! Enter Email ID Submit. Edit Email Id Contact Us.

Create New Save OR. Select From Existing Playlist. Listen to Taang Uthake - Housefull 3 1 day ago. Labheshs iPhone 6s Active Save. Are you sure want to delete the Playlist Delete Cancel. Recent Searches. Songs View all. Albums View all. Playlist View all. Radio View all. Videos View all. Movies View all. Artists View all. Video Playlists View all. TV Shows View all. Episodes View all. TV Episodes View all.

Sore hari itu juga, sekitar pukul Lima anggota tim dokter yang mengotopsi ketujuh mayat itu dua di antaranya adalah dokter Angkatan Darat, diantaranya, dr. Liem Joe Thay atau dikenal sebagai dr. Lewat tengah malam, pukul Kesimpulannya, dari hasil visum et repertum atas 7 jenazah, semuanya dalam kondisi utuh dan tidak ada bekas-bekas penganiayaan dan siksaan, seperti yang disaksikan dalam film. Hasil visum itu sengaja tidak dipublikasikan untuk umum demi menjaga doktrin bahwa para penculik di bawah pimpinan Letkol Untung, komandan Tjakra Bhirawa, adalah kelompok kejam, bengis dan tidak manusiawi.

Bahkan, Letkol Untung harus mengakhiri hidupnya di depan regu tembak usai divonis mati dalam persidangan di Mahkamah Militer Luar Biasa Mahmilub. Pada 5 Oktober , saat matahari di atas Kota Jakarta sudah tinggi, ke-7 jenazah pahlawan revolusi itu dimakamkan di TMP Kalibata dengan upacara militer super lengkap.

Presiden Soekarno menangis di atas makam Jenderal Ahmad Yani, usai dimakamkan. Proses pengangkatan jenazah 7 pahlawan revolusi di sumur tua Lubang Buaya, 4 Oktober Jalan Sunyi : Soe Hok-Gie. Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.

Cetakan : Kedua, Januari Mengenang Soe Hok-Gie, barangkali kita bisa merasa bangga sekaligus miris dalam waktu yang bersamaan. Ia adalah aktivis mahasiswa angkatan 66 yang mempunyai kontribusi penting dalam menjatuhkan rezim Orde Lama Orla. Bersama sahabat-sahabatnya, Hok-Gie menjadi salah satu aktor intelektual dari demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa.

Tidak hanya melalui demonstrasi, ia pun kerap mengkritik pemerintahan melalui tulisan-tulisannya yang tersebar di berbagai media cetak. Tulisan-tulisannya yang keras dan tajam tersebut seringkali membuat panas telinga para pejabat.

Namun demikian, berbagai kritik yang dia lancarkan justru menimbulkan kebimbangan yang mendalam dalam hatinya. Simak saja ucapannya kepada Arief Budiman, kakaknya, beberapa waktu sebelum ia meninggal pada Desember Apa ini bukan semacam onani yang konyol?

Buku Soe Hok-Gie, Sekali Lagi ini mencoba memotret Hok-Gie dari sisi kemanusiaan, terutama mengenai perasaan kecewa dan kesepian akut yang ia alami. Bila dua buku tersebut menggambarkan Hok-Gie sebagai seorang political animal, buku ini memakai pendekatan yang berbeda. Seperti diungkapkan Rudy Badil — editor — buku ini ditujukan untuk memberikan pesan kepada anak-anak muda negeri ini mengenai kesetaraan dan kepedulian tentang kemanusiaan dalam alam bangsa Indonesia.

Dalam bab 1 dan 2, buku yang diniatkan untuk memperingati 40 tahun kematian Hok-Gie ini membahas mengenai kronologi hari-hari di sekitar tragedi Semeru yang merenggut nyawa Hok-Gie dan Idhan Lubis. Beberapa penulis yang juga ikut mendaki Semeru 40 tahun yang lalu mencoba menjelaskan pergulatan yang terjadi menjelang dan pasca tragedi itu.

Setelah melakukan debat, akhirnya, ketiga orang tersebut diperbolehkan ikut. Tak disangka, pendakian menuju puncak tertinggi di pulau Jawa itu berakhir dengan sebuah tragedi. Hok-Gie dan Idhan Lubis meninggal setelah menghirup gas beracun di tepian lereng menjelang puncak Semeru halaman Kejadian tersebut terjadi tepat sehari menjelang ulang tahun Hok-Gie yang kedua puluh tujuh. Cita-cita sejarawan muda tersebut untuk merayakan ulang tahun di puncak Semeru pun kandas.

Enam orang lain yang masih bertahan sungguh merasa shock. Meskipun demikian, mereka tetap berusaha turun dan mencari bantuan untuk mengevakuasi jenazah Hok-Gie dan Idhan Lubis yang tetap ditinggal di atas. Seminggu kemudian, jenazah berhasil dievakuasi dan kemudian dimakamkan di Jakarta. Hari itu, Indonesia kehilangan salah satu intelektual muda terbaiknya. Sederhananya, seorang moralis yang memakai perspektif absolut tidak akan membunuh seseorang meskipun dia tahu bahwa orang itu salah, bahkan ingin membunuhnya.

Luki juga menyebut Hok-Gie seorang humanis universal. Itu terlihat dari sikapnya yang mendukung orang-orang yang tertindas. Contohnya, Hok-Gie adalah orang yang mengatakan dengan tegas bahwa dirinya adalah anti komunis.

Namun ketika terjadi ketidakadilan terhadap simpatisan PKI pasca peristiwa , Hok-Gie pun tak segan-segan untuk bersimpati kepada PKI dan mengkritik pemerintahan Orde Baru yang memunculkan tanda-tanda akan menjadi penguasa yang otoriter.

Selain kekecewaan terhadap Soeharto dan TNI yang mulai bertingkah arogan, Hok-Gie juga kecewa terhadap akademisi-akademisi yang dulu mendukung Soekarno, tapi sekarang berbalik arah dan mendukung Soeharto. Dengan tegas, Hok-Gie menyebut orang-orang ini sebagai pelacur intelektual. Tanpa tedeng aling-aling, dalam tulisan-tulisannya di media, dia menyebut nama Emil Salim, Sadli, Ismail Suny sebagai seorang pelacur intelektual.

Benar-benar menyentuh tabula rasa nama orang-orang yang dikritiknya. Seperti diungkapkan Ikrar Nusa Bhakti, kekecewaan yang begitu mendalam terhadap teman-teman aktivis seangkatannya pun ia rasakan ketika mereka berebut masuk ke parlemen dan kemudian berebut untuk mendapatkan kredit mobil Holden halaman Akumulasi kekecewaan demi kekecewaan ini ditunjukkan dengan mengirimkan sejumlah paket yang berisi alat kecantikan kepada rekan-rekannya yang menjadi angggota parlemen.

Ini adalah aksi terakhir sebelum pendakian ke Semeru yang merenggut nyawanya. Aksi yang membuatnya tambah terpencil lagi di hadapan teman-teman mahasiswa yang dulu bersama-sama turun ke jalan. Hok-Gie merasa semakin kesepian. Ben Anderson, sahabat di Cornell University mencoba menghibur. Namun, itu pun tidak mampu menghibur Hok-Gie. Dalam keadaan yang penuh kekecewaan dan kesepian inilah Hok-Gie bersama 7 orang sahabatnya mendaki Semeru di akhir tahun Pendakian ini menjadi bentuk ekspresi untuk sejenak melarikan diri dari masalah yang sedang dihadapi.

Namun, takdir memang tak dapat ditolak, Gie menghembuskan nafas terakhirnya di puncak tertinggi di Pulau Jawa. Buku ini kemudian di tutup dengan beberapa tulisan Hok-Gie yang pernah dimuat di surat kabar Bab 5. Salah satu tulisan paling berani yaitu ketika ia menulis artikel dengan judul Betapa Tidak Menariknya Pemerintah Sekarang. Artikel yang berisi kritiknya terhadap Orba dan Soeharto ini membuat Hok-Gie hampir diserempet oleh mobil.

Arief Budiman yakin hal itu dikarenakan tulisannya. Hok-Gie memang seorang yang tidak takut mati dibunuh orang. Satu-satunya ketakutannya yang terbesar adalah ia dibuat cacat sehingga menjadi beban bagi orang-orang terdekatnya. Akhirnya, membaca Hok-Gie adalah membaca potret seorang mahasiswa Indonesia yang selalu gelisah melihat ketidakadilan terjadi di sekelilingnya.

Potret mahasiswa yang memilih jalan sunyi dan berseberangan dengan rekan-rekannya. Bahkan untuk jalan sunyi itu, ia harus menahan dalam-dalam rasa kesepian dan kekecewaan. Sampai akhirnya, maut merenggut nyawannya. Ia mati tercekik gas beracun di tempat yang terpencil dan dingin. Empat puluh tahun yang lalu, Indonesia telah kehilangan salah satu anak bangsa terbaiknya di puncak tertinggi Pulau Jawa. Dia adalah akademisi, aktivis, humanis, dan pecinta alam yang berhasil menggagas perubahan sosial di tahun bersama kawan-kawan mahasiswanya yang lain.

Dia adalah seorang pemuda yang enggan terkooptasi oleh penguasa dan tidak takut untuk melancarkan kritik, bahkan kepada rekan-rekannya semasa perjuangan meruntuhkan Orde Lama.

Dia adalah Soe Hok Gie, seorang pemuda yang tetap teguh pada perjuangan melawan ketidakadilan hingga akhir hayatnya. Sikap kritisnya di awal era Orde Baru telah menjadikan dirinya sebagai lawan penguasa pada saat itu.

Dia menganggap proses pengadilan terhadap kader dan simpatisan PKI sangat jauh dari adil. Hal inilah yang membuat gerah para penguasa, dan dia sendiri mengalami beberapa ancaman selama melancarkan kritik atas kebijakan Orde Baru dalam memberantas PKI. Tulisan-tulisannya yang terlihat melawan Orde Baru menyebabkan namanya seakan hilang dari catatan sejarah Indonesia dan baru muncul di tahun an ketika salah satu lembaga swadaya masyarakat LSM yang cukup besar pada saat itu, Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial LP3ES , menerbitkan catatan harian Soe Hok Gie dengan judul Catatan Seorang Demonstran CSD yang berisi pandangan dan dokumentasi kegiatan dirinya mulai dari SMP hingga bermetamorfosis menjadi seorang aktivis mahasiswa.



0コメント

  • 1000 / 1000